Senin, 11 Maret 2013

Semangkuk Sup Menggantikan 10 hektar Tanah


Silahkan dibaca para bloggers, semoga kisah nyata ini bisa jadi inspiratif yang maksud dari isi ceritanya bisa dimengerti kalian J.
Di daerah sudut kota terdapat sebuah desa kumuh. Desa itu cukup terkenal dengan penduduknya yang tidak lepas dari dunia kejahatan, perjudian dan semacamnya. Salah satu rumah dari penduduk di desa itu tinggalah seorang pria sebut saja Ibet berusia sekitar dua puluh enam dan adik perempuannya yang usianya lima tahun lebih muda. Mereka tinggal hanya berdua setelah ibunya meninggal dan ayahnya pergi menghilang entah kemana. Tak jauh dari rumah mereka, tinggal seorang pria dewasa sebut saja Ranu. Dia terkenal dengan tangan dinginnya. Keluar masuk bui sudah biasa baginya. Dia terkenal sangat kejam, raja judi dan pembunuh kelas kakap. Suatu saat Ranu di datangi oleh seorang pria. Pria itu cukup mapan, ia punya harta yang cukup banyak peninggalan mendiang Ayahnya. Entah masalah apa, pria itu sebut aja Agi meminta jasa Ranu untuk menghabisi nyawa seseorang tentunya dengan bayaran yang cukup besar. Pagi itu Ranu datang ke ke rumah Ibet, “hei, cepat buka pintunya!”, Ranu mengetuk pintu sambil berteriak. “Ya.. tunggu”, jawab seorang gadis ya dia adik Ibet dan dia membuka pintu, Ranu langsung masuk dan duduk sebelum diminta. “ Apa dua orang di rumah ini telingannya bermasalah, mengapa lama sekali aku dibuka kan pintu? “, Ranu bergeluh sendiri dan gadis itu menyaut, “ Maaf, aku sedang masak “. Ranu celingak celinguk isi rumah dan berkata, “ Kemana Kakak mu yang malang itu ? “, gadis itu menjawab, “ Kakak sudah berangkat kerja pagi-pagi sekali, untuk apa kau mencari dia? Jangan bilang kau berkelahi dengannya “. Ranu berdiri dan segera bergegas keluar sambil berkata, “ Kenapa kau ingin tahu sekali urusan orang dewasa?, sudahlah aku akan kembali setelah Kakakmu pulang “. Selangkah lagi ia keluar dari pintu rumah, gadis itu menahannya, “ Mau kemana kau? Kenapa kau tidak makan dulu disini? Aku membuat masakan yang cukup enak kata Kakak ku, ciciplah sedikit”. Dan Ranu menjawab, “ Untuk apa? Apakah wajahku begitu mengasihani sehingga kau menyuruhku makan disini? Apa kau pikir aku tidak bisa membeli makanan seperti yang kau buat?”. Gadis itu menyaut, “ Ya.. aku tahu uang mu pasti banyak, walaupun kau keluar masuk penjara kau tidak pernah kehabisan uang, tetapi aku bukan mengasihanimu, tapi setiap aku melihatmu aku teringat Kakak ku juga, dia selalu bekerja siang malam untukku, dan aku pun tak tahu apa pekerjaan tetap kakak ku, bagaimana jika ia bekerja sepertimu? Ia pasti lelah bukan?, makanlah aku sudah siapkan”. “ Ah.. bagaimana bisa kau merayuku untuk memakan masakanmu “, Ranu pun duduk di kursi dan makan masakan itu. “ Ternyata masakanmu enak juga benar kata Kakakmu “, dan gadis itu tersenyum pada Ranu. “ Hei Jane, kau sudah dewasa ternyata, apa kau ingat dulu aku suka mengganggumu dan kakak mu melindungi mu dan memukul ku, hanya dia satu-satunya orang yang berani memukul ku “ dan gadis itu menjawab, “ Ya.. aku ingat”. “ Hei Jane, harusnya kau sudah bisa hidup sendiri tanpa kakak mu, kau sudah bisa mengurus rumah bukan? Buktinya kau bisa masak dan rumah ini rapih tanpa kakak mu dirumah, jika sesuatu terjadi pada kakak mu kau siap bukan?” Ranu berkata seperti itu dan Jane tidak menggubris, “ Jika kau sudah selesai makannya, bergegaslah keluar, aku takkan menahanmu, aku tahu bagaimanapun juga kau butuh makan untuk di lain hari bukan?”, gadis itu menyuruh Ranu pergi.
Keesokan harinya Ranu datang kembali ke rumah Ibet, “ Cepat buka pintunya, Jane.. Ibet... Apa kaliah tuli?”, teriak Ranu. “ Masuklah”, Jane membuka kan pintu. “ Mana Kakak mu? “, tanya Ranu. “ Dia sedang di kamar mandi “, Jawab Jane. Ranu menunggu di ruang tamu. “ Kakak ku memang lama jika sedang berada di kamar kecil, makanlah ini dulu aku baru selesai masak “, kata Jane. “ Mengapa kau selalu memberiku makan? Aku kesini untuk bertemu Ibet bukan untuk meminta makan “, Ranu membentak Jane dan tak menyentuh makanan yang Jane kasih. “ Anggap saja ini hadiah dariku, bukan kah ini hari ulang tahunmu? Sup ini aku isi dengan daging, jamur, dan sayuran segar lainnya, aku yakin kau pasti suka, ini spesial untukmu “, kata Jane. Ranu terdiam sejenak dan berkata pada Jane, “ Keluarlah, belikan kue untukku, sup bukan simbol kejutan di hari ulang tahun “, Ranu menyuruh Jane keluar, tetapi Jane tidak keluar. Ranu membentaknya, “ Kau benar-benar tuli! Keluarlah, atau kau akan menyesal terus berada disini, dirumah ini “. Jane keluar, Ranu ke dapur mengambil pisau dan mendobrak pintu kamar mandi, ada Ibet didalam sana sedang mencuci muka. “Hei Ibet, apa kau siap?” sambil mengelus ngelus pisau Ranu berbicara kepada Ibet, dan Ranu meneruskan pembicaraanya “ Adikmu sudah cukup dewasa untuk kau tinggal, tenanglah setiap setelah aku menghabisi nyawa orang diluar sana, aku akan singgah ke rumah ini untuk memberi sebagian upahku untuk adikmu”. Ibet meneruskan membersihkan muka, setelah itu berkata kepada Ranu, “Bukankah kau ahli dalam menghabiskan nyawa orang? Kenapa dengan cara biasa seperti ini? Bunuhlah aku dengan diam-diam tanpa aku tahu niatmu”. Ranu pun keluar dan pergi. Ranu mendatangi Agi. “ Apa kau bilang? Apa uang yang ku beri untukmu tidak cukup? Kau bermimpi ingin memiliki tanah yang begitu luas, uang yang ku beri untuk membeli tanah 10 hektar pun dapat kau beli! “, bentak Agi kepada Ranu. Ranu melemparkan pisau ke meja tepat depan mata Agi dan berkata, “ Bagaimana bisa aku mengganti 10 hektar tanah dengan semangkuk sup daging, jamur dan sayuran segar lainnya, bagaimana bisa?”. Agi tak mengerti dan bertanya, “ Keparat!, apa maksudmu? “. Ranu menjawab, “ Kau sudah ku anggap sebagai sahabat bahkan seperti keluarga, kau selalu memberiku makan dengan cara aku menghabisi nyawa setiap orang yang kau tidak suka, entah masalah bisnismu atau masalah pribadimu. Semua orang takut padaku, aku sosok yang menyeramkan pembunuh bertangan dingin, bahkan aku dibilang gila. Sebenarnya, siapa yang gila? Ibet dan aku bukanlah teman bahkan mungkin aku kesal padanya karena dia satu-satunya orang yang berani memukulku disaat semua orang tunduk padaku, tetapi aku tidak tahu apa yang dia ajarkan pada adiknya, padahal aku sering mengganggu adiknya, aku pernah merusak sepedanya padahal Ibunya dulu membelikan sepeda dengan perjuangan, tetapi bagaimana bisa gadis itu malah memberiku makan dan mengingat hari ulang tahunku dan memasak sup untukku? Bahkan ketika kusuruh dia membelikan kue sebagai simbol ulang tahun dia menurutiku. Disaat sudah ku anggap semua isi dunia menghujatku bahkan langit menghukumku bagaimana bisa  gadis itu berbuat itu untukku?”. Ranu pun pergi entah kemana. Ibet dan Jane hidup seperti biasanya.