Silahkan dibaca para bloggers, semoga kisah nyata ini bisa
jadi inspiratif yang maksud dari isi ceritanya bisa dimengerti kalian J.
Di daerah sudut kota terdapat sebuah desa kumuh. Desa itu
cukup terkenal dengan penduduknya yang tidak lepas dari dunia kejahatan,
perjudian dan semacamnya. Salah satu rumah dari penduduk di desa itu tinggalah
seorang pria sebut saja Ibet berusia sekitar dua puluh enam dan adik
perempuannya yang usianya lima tahun lebih muda. Mereka tinggal hanya berdua
setelah ibunya meninggal dan ayahnya pergi menghilang entah kemana. Tak jauh
dari rumah mereka, tinggal seorang pria dewasa sebut saja Ranu. Dia terkenal
dengan tangan dinginnya. Keluar masuk bui sudah biasa baginya. Dia terkenal sangat
kejam, raja judi dan pembunuh kelas kakap. Suatu saat Ranu di datangi oleh
seorang pria. Pria itu cukup mapan, ia punya harta yang cukup banyak
peninggalan mendiang Ayahnya. Entah masalah apa, pria itu sebut aja Agi meminta
jasa Ranu untuk menghabisi nyawa seseorang tentunya dengan bayaran yang cukup
besar. Pagi itu Ranu datang ke ke rumah Ibet, “hei, cepat buka pintunya!”, Ranu
mengetuk pintu sambil berteriak. “Ya.. tunggu”, jawab seorang gadis ya dia adik
Ibet dan dia membuka pintu, Ranu langsung masuk dan duduk sebelum diminta. “
Apa dua orang di rumah ini telingannya bermasalah, mengapa lama sekali aku
dibuka kan pintu? “, Ranu bergeluh sendiri dan gadis itu menyaut, “ Maaf, aku
sedang masak “. Ranu celingak celinguk isi rumah dan berkata, “ Kemana Kakak mu
yang malang itu ? “, gadis itu menjawab, “ Kakak sudah berangkat kerja
pagi-pagi sekali, untuk apa kau mencari dia? Jangan bilang kau berkelahi
dengannya “. Ranu berdiri dan segera bergegas keluar sambil berkata, “ Kenapa
kau ingin tahu sekali urusan orang dewasa?, sudahlah aku akan kembali setelah
Kakakmu pulang “. Selangkah lagi ia keluar dari pintu rumah, gadis itu
menahannya, “ Mau kemana kau? Kenapa kau tidak makan dulu disini? Aku membuat
masakan yang cukup enak kata Kakak ku, ciciplah sedikit”. Dan Ranu menjawab, “
Untuk apa? Apakah wajahku begitu mengasihani sehingga kau menyuruhku makan
disini? Apa kau pikir aku tidak bisa membeli makanan seperti yang kau buat?”.
Gadis itu menyaut, “ Ya.. aku tahu uang mu pasti banyak, walaupun kau keluar
masuk penjara kau tidak pernah kehabisan uang, tetapi aku bukan mengasihanimu,
tapi setiap aku melihatmu aku teringat Kakak ku juga, dia selalu bekerja siang
malam untukku, dan aku pun tak tahu apa pekerjaan tetap kakak ku, bagaimana
jika ia bekerja sepertimu? Ia pasti lelah bukan?, makanlah aku sudah siapkan”. “
Ah.. bagaimana bisa kau merayuku untuk memakan masakanmu “, Ranu pun duduk di
kursi dan makan masakan itu. “ Ternyata masakanmu enak juga benar kata Kakakmu “,
dan gadis itu tersenyum pada Ranu. “ Hei Jane, kau sudah dewasa ternyata, apa
kau ingat dulu aku suka mengganggumu dan kakak mu melindungi mu dan memukul ku,
hanya dia satu-satunya orang yang berani memukul ku “ dan gadis itu menjawab, “
Ya.. aku ingat”. “ Hei Jane, harusnya kau sudah bisa hidup sendiri tanpa kakak
mu, kau sudah bisa mengurus rumah bukan? Buktinya kau bisa masak dan rumah ini
rapih tanpa kakak mu dirumah, jika sesuatu terjadi pada kakak mu kau siap
bukan?” Ranu berkata seperti itu dan Jane tidak menggubris, “ Jika kau sudah
selesai makannya, bergegaslah keluar, aku takkan menahanmu, aku tahu
bagaimanapun juga kau butuh makan untuk di lain hari bukan?”, gadis itu
menyuruh Ranu pergi.
Keesokan harinya Ranu datang kembali ke rumah Ibet, “ Cepat
buka pintunya, Jane.. Ibet... Apa kaliah tuli?”, teriak Ranu. “ Masuklah”, Jane
membuka kan pintu. “ Mana Kakak mu? “, tanya Ranu. “ Dia sedang di kamar mandi “,
Jawab Jane. Ranu menunggu di ruang tamu. “ Kakak ku memang lama jika sedang
berada di kamar kecil, makanlah ini dulu aku baru selesai masak “, kata Jane. “
Mengapa kau selalu memberiku makan? Aku kesini untuk bertemu Ibet bukan untuk
meminta makan “, Ranu membentak Jane dan tak menyentuh makanan yang Jane kasih.
“ Anggap saja ini hadiah dariku, bukan kah ini hari ulang tahunmu? Sup ini aku
isi dengan daging, jamur, dan sayuran segar lainnya, aku yakin kau pasti suka,
ini spesial untukmu “, kata Jane. Ranu terdiam sejenak dan berkata pada Jane, “
Keluarlah, belikan kue untukku, sup bukan simbol kejutan di hari ulang tahun “,
Ranu menyuruh Jane keluar, tetapi Jane tidak keluar. Ranu membentaknya, “ Kau
benar-benar tuli! Keluarlah, atau kau akan menyesal terus berada disini,
dirumah ini “. Jane keluar, Ranu ke dapur mengambil pisau dan mendobrak pintu
kamar mandi, ada Ibet didalam sana sedang mencuci muka. “Hei Ibet, apa kau
siap?” sambil mengelus ngelus pisau Ranu berbicara kepada Ibet, dan Ranu
meneruskan pembicaraanya “ Adikmu sudah cukup dewasa untuk kau tinggal,
tenanglah setiap setelah aku menghabisi nyawa orang diluar sana, aku akan
singgah ke rumah ini untuk memberi sebagian upahku untuk adikmu”. Ibet
meneruskan membersihkan muka, setelah itu berkata kepada Ranu, “Bukankah kau
ahli dalam menghabiskan nyawa orang? Kenapa dengan cara biasa seperti ini?
Bunuhlah aku dengan diam-diam tanpa aku tahu niatmu”. Ranu pun keluar dan
pergi. Ranu mendatangi Agi. “ Apa kau bilang? Apa uang yang ku beri untukmu
tidak cukup? Kau bermimpi ingin memiliki tanah yang begitu luas, uang yang ku
beri untuk membeli tanah 10 hektar pun dapat kau beli! “, bentak Agi kepada
Ranu. Ranu melemparkan pisau ke meja tepat depan mata Agi dan berkata, “
Bagaimana bisa aku mengganti 10 hektar tanah dengan semangkuk sup daging, jamur
dan sayuran segar lainnya, bagaimana bisa?”. Agi tak mengerti dan bertanya, “
Keparat!, apa maksudmu? “. Ranu menjawab, “ Kau sudah ku anggap sebagai sahabat
bahkan seperti keluarga, kau selalu memberiku makan dengan cara aku menghabisi
nyawa setiap orang yang kau tidak suka, entah masalah bisnismu atau masalah
pribadimu. Semua orang takut padaku, aku sosok yang menyeramkan pembunuh
bertangan dingin, bahkan aku dibilang gila. Sebenarnya, siapa yang gila? Ibet
dan aku bukanlah teman bahkan mungkin aku kesal padanya karena dia satu-satunya
orang yang berani memukulku disaat semua orang tunduk padaku, tetapi aku tidak
tahu apa yang dia ajarkan pada adiknya, padahal aku sering mengganggu adiknya,
aku pernah merusak sepedanya padahal Ibunya dulu membelikan sepeda dengan
perjuangan, tetapi bagaimana bisa gadis itu malah memberiku makan dan mengingat
hari ulang tahunku dan memasak sup untukku? Bahkan ketika kusuruh dia
membelikan kue sebagai simbol ulang tahun dia menurutiku. Disaat sudah ku
anggap semua isi dunia menghujatku bahkan langit menghukumku bagaimana
bisa gadis itu berbuat itu untukku?”.
Ranu pun pergi entah kemana. Ibet dan Jane hidup seperti biasanya.