Sabtu, 15 September 2012

“kacung dalam negeri penjajah”

Dalam catatan pertama ini mencoba membahas tentang “Our Country”. 67 tahun negeri kita tercinta terbebas dari penjajah, penderitaan yang tiada henti selama 3,5 abad oleh kaum Belanda. Selepas sekutu menjajah negeri ini, negeri sakura pun datang untuk menjajah dan merampas semua kekayaan dalam negeri ini. Sedikit mengulas soal perebutan kemerdekaan negeri ini. Indonesia dibawa pimpinan Bapak Presiden yang sangat kita banggakan dan harum namanya sampai detik ini ialah Bung Karno berhasil merebut kemerdekaan dari kaum penjajah. Eits... tapi janggal sepertinya dengan kata “merebut”. Blogers pastinya tahu tentang sejarah dalam negeri ini. Bukankah Jepang menyerah kepada negeri ini karena pada saat itu kota Hirosima dan Nagasaki di bom oleh pihak sekutu. Jikalau seperti itu bukankah Indonesia mendapatkan cuma-cuma kemerdekaanya? Kalau lebih tepatnya Indonesia dibantu oleh sekutu dalam mendapatkan kemerdekaan. Kesimpulannya Indonesia bukannya kuat dalam melawan penjajah tapi kuat bertahan ditindas oleh para penjajah. Entahlah apa yang terjadi di tahun-tahun lalu itu yang jelas negeri ini sudah merdeka.
Merdeka? Merdeka dari apa? Penjajah-kah? Ya.. 67 Tahun Indonesia merdeka dari penjajah. Tetapi tidak-kah menyadari penjajah yang lebih menyeramkan bukan datang dari luar tapi justru penjajah dan ancaman dalam negeri ini sendiri. Korupsi Kolusi dan Nepotisme berkembang sangat pesat di negeri ini. 3 hal tersebut adalah hal yang jauh lebih keji dari pembunuhan. Betapa susahnya memberantas KKN dalam negeri ini. Orang-orang berdasi dan berintelektual tinggi yang duduk di kursi nyaman tetapi tidak sedikitpun ilmunya bermanfaat. Bukankah ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Betapa menyedihkannya mereka. Sampai kapanpun orang-orang itu tidak akan pernah bahagia, menikmati segala yang ia punya padahal bukan sepenuhnya yang ia punya tetapi merampas bagian milik masyarakat dan negera.
            Blogers pernah dengar orang “anti nasionalisme dan patriotisme” ? Ini dia yang menurut ane penjajah paling berbahaya dan paling mengancam dalam negeri ini. Orang semacam ini tidak ada bedanya sama pelaku KKN di negeri ini. Pernah lihat orang intelek di Indonesia menuntut ilmu tinggi-tinggi sukses lalu pergi meninggalkan tanah air dan imigrasi keluar negeri guna mendapatkan hidup tenang aman damai seperti di Armsterdam, New York, Tokyo dan negara-negara maju lainya. Ilmu banyak tetapi tidak punya hati nurani. Kalau melihat keadaan negeri kita yang malang ini, sudah banyak KKN, kejahatan dimana-mana, dan sangat memalukan negeri ini dengan berbagai macam permasalahan di dalamnya. Ane sebagai generasi bangsa sangat perihatin, kenapa banyak orang pintar di negeri ini tidak ingin mencoba merubah negeri ini malah pergi keluar untuk mendapatkan kehidupan yang nyaman kenapa mereka tidak mencoba merubah negerinya sendiri agar nyaman maju dan harum dimata dunia. Ane sebagai generasi bangsa yang kadar intelektualnya terbatas ingin mengajak untuk merubah semua pandangan teman-teman yang anti nasionalisme dan patriotisme. Sering masyarakat menjelek-jelekan negeri ini, tidak sedikitpun punya kebanggaan menjadi bagian dari warga ini, mereka sering mencaci mungkin mereka kesal karena banyaknya permasalahan yang terjadi di negeri ini, seperti KKN dan pesatnya tindak kejahatan di negeri ini, tapi apa mereka sadar, apa yang telah mereka perbuat untuk negara ini? Mana usaha mereka untuk memajukan negeri ini? Mereka hanya bisa mengomentari tanpa memberi solusi. Mereka orang pintar karna mereka sadar akan perbuatan buruk di negeri ini tetapi mereka buta hatinya, tidak ada sedikit kemauan untuk membantu merubah negeri ini. Justru mereka malah pergi melarikan diri dari negeri ini. Kalau ane terlibat perang dalam melawan penjajah di kemudian hari nanti, sungguh... yang pertama kali ane bunuh bukanlah penjajah tetapi para anti nasionalisme dan patriotisme. Betapa sampahnya mereka masih menginjakan kaki di negeri ini. Negeri tidak butuh orang macam seperti itu, lebih baik mereka pergi dan menjadi “kacung dalam negeri penjajah”. Mereka yang lebih memilih tinggal di luar negeri tidak sadar bahwa tiada tempat yang paling aman nyaman dan tentram selain di kampung halaman. Justru orang yang berintelek dan mengangkat kakinya dari negeri yang kaya ini akan menjadi “kacung dalam negeri penjajah” di kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar